Rabu, 09 Desember 2015

Eternal Love - Chapter 2

[Cerbung] Eternal Love - Chapter 2
Oleh: icajahe
- Ellone's POV -
Kita mau kemana?" Tanyaku.
"Nanti juga tau. Ayo, naiklah ke perahu." Kata Seifer sambil naik ke perahu. Aku naik ke perahu lalu duduk di sebelahnya.
"Kau kesini naik ini?" Tanyaku.
"Ya, kau bilang ingin naik perahu sambil menikmati udara di lautan kan?"
"Ya, tapi kau dapat perahu ini darimana?"
"Dari seorang pria tua. Awalnya ia menolak meminjamkan perahunya padaku, tapi ia bilang, jika aku dapatkan ikan besar lebih dulu daripada dia, dia akan meminjamkan perahunya padaku."
"Tanding mancing? Kau kan tidak suka hal membosankan semacam itu."
"Ya, tapi kapan lagi aku bisa membuatmu senang. Kau bilang, selama ini yang bisa kulakukan hanya hal bodoh yang selalu membuatmu pusing."
"Tapi, Seifer, itu...maaf, aku tak bermaksud bicara begitu." Aku menunduk.
"Tak apa, Elle. Lagipula, kini aku tau kenapa Raijin begitu suka memancing. Saat dapatkan ikan, ia selalu kegirangan, walaupun ikan yang ia dapatkan sangat kecil. Ternyata ada kepuasan tersendiri saat mendapatkan ikan." ceritanya panjang lebar. Seulas senyum nampak di wajahnya.
"..." Aku memandanginya sambil tersenyum. Saat ia tersenyum, ia kelihatan begitu manis. Kurasa, wajahku mulai memerah.
"Kenapa tersenyum? Kagum dengan pengorbananku? Hahaha!" Ia tertawa dengan bangga sambil meletakkan papan dayung.
'Ah, momen itu selalu saja dihancurkan olehnya!' Gerutuku dalam hati.
"Kenapa diam, Elle?" Ia menatapku dengan jarak yang sangat dekat. Hidungnya hampir menyentuh hidungku. Kini mungkin wajahku semerah kepiting rebus.
"Tak apa, Seif. Ka..kali in...ni a...aku yang mendayung ya?" Kataku gugup. kuraih papan dayung di sebelahku. Tiba-tiba ia menarik tanganku.
"Biar aku saja yang dayung." Ucapnya sambil tersenyum.
"I..iya." Tanganku masih gemetar, padahal Seifer sudah melepaskan genggamannya. Aku terdiam beberapa saat sampai gugupku hilang.
"Hmm... Seifer."
"Ya, Elle?"
"Kau...mendayung perahu ini dari mana?"
"Dari tempat yang akan kita tuju nanti."
"Jaraknya jauh ya? Tidak lelah?"
"Hanya dengan memandang wajahmu, rasa lelahku hilang seketika." Kata Seifer. Senyumnya kembali menghiasi wajahnya.
"Gombal." kataku sambil menyembunyikan senyum di wajahku.
"Tidak, itu sungguhan. Lihat wajahku, tak terlihat gurat lelah sedikitpun kan? itu karenamu." Ia memegang kedua bahuku, lalu menatapku lekat-lekat. Kubalas menatapnya, tapi sesekali aku melirik ke arah lain, karena wajahku akan memerah jika aku menatap wajahnya dari dekat.
'Memang tidak terlihat lelah, tapi...' Wajahku memerah lagi.
"Ya, kurasa kau benar." Aku segera memalingkan wajahku.
"Maaf ya, tadi aku datang terlambat. Memancing ikan besar ternyata tidak mudah. Hehehe!"
"Tidak apa-apa, yang penting kau datang."
~~~
"Nah, sudah sampai. Ayo turun!" Ia turun dari perahu sambil menarik tanganku.
"Sudah selesai gunakan perahunya, nak?" Tiba-tiba seorang lelaki tua muncul dari balik truk yang terparkir di dekat dermaga.
"Ya, pak tua."
"Siapa wanita cantik ini? Kau menjemput wanita ini dengan perahu? Sungguh tidak berperasaan."
"Heei, pak tua! Ini keinginannya! Lagipula sangat sulit bila aku harus kesana dengan kereta apalagi berjalan kaki." kata Seifer kasar.
"Seifer! Jangan berkata kasar begitu, orang ini sudah berbaik hati meminjamkan perahu padamu."
"Yaa, baiklaaaah, terima kasih, paaaak~" Seifer berterima kasih pada lelaki tua itu dengan terpaksa.
"Nah, gitu dong!" ucapku padanya.
"Bersyukurlah, nak, kau punya kekasih yang begitu baik hati seperti nona ini." kata lelaki tua itu pada Seifer sambil melangkah pergi.
"Selalu saja bertindak kasar pada orang lain. Tak bisakah ramah sedikit?" kritikku.
"Nampaknya aku masih butuh belajar untuk beramah tamah. Maafkan aku ya, Elle?" kata Seifer.
"Baiklah, tapi mulai sekarang, belajarlah untuk lebih ramah." Ucapku sambil tersenyum.
"Ellooooone, kau baik sekali. Aku cinta padamu." Ia mencium pipiku lalu menarik tanganku, mengajakku berlari bersamanya.
"Jangan tiba-tiba lakukan hal seperti itu!" Protesku. Kini wajahku sudah benar-benar merah.
"Hahaha! Ayo, kita ke rumah teman lama!" Katanya sambil terus berlari.
~~~
Kami tiba di depan pintu rumah teman lama kami. Seifer menggedor pintu itu seperti lintah darat yang sedang menagih hutang. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuannya. Tak lama kemudian, terdengar suara pintu terbuka. Seorang pemuda dengan wajah bertato muncul dari rumah itu.
"Yo, Chicken Wuzz!" kata Seifer sambil mengangkat sebelah tangannya.
"Jangan panggil aku dengan sebutan itu, Seifer!" Pemuda itu marah dan hampir memukul perut Seifer. Tapi Seifer segera menangkisnya dengan sebelah tangannya.
"Masih kekanak-kanakan seperti dulu. Hahaha!" ejek Seifer.
"Kau....!" Pemuda itu mulai mengangkat tinjunya lagi. Aku segera menampakkan diriku yang saat itu tertutupi tubuh Seifer yang tinggi.
"Selamat siang, Zell." kataku pada pemuda berjambul ayam itu.
"Waaah, kak Ellone! Kenapa bisa ada disini?" Zell menurunkan tinjunya lalu menghampiriku.
"Dia kesini bersamaku." ucap Seifer.
"Oh, kau kesini bersama Seifer ya....HAH?! Kakak, ayo cepat sembunyi, kalau Squall tau, akan terjadi perang dunia ketiga!" kata Zell panik.
"Berisiiiiik!" omel Seifer.
"Kenapa masih disini? Cepat pergi! Aku tak mau ada keributan di Balamb!" kata Zell hendak mengusir Seifer.
"Squall sudah merestui kami. Hanya tinggal tunggu waktu yang tepat untuk melamar Ellone." ucap Seifer enteng.
"Bagaimana bisa? Kalian kan rival abadi." kata Zell tak percaya.
"Entah apa yang membuatnya berubah pikiran, tapi dia mempercayakan Ellone padaku. Dia yang mengatakannya padaku tiga hari yang lalu."
"Yang benar? Jangan-jangan kau yang memaksanya mengatakan hal itu."
"Aku serius. Ia mengatakan itu dalam kondisi tubuh yang sangat sehat dan tak ada benturan di kepalanya yang membuat otaknya bergeser. Mungkin dia sudah mengakui kehebatan rivalnya ini. Hahaha!"
"Percaya diri sekali kau! Yasudahlah! Tapi jika tiba-tiba Squall datang lalu membuat kekacauan di Balamb karena melihatmu bersama Ellone, kau harus ganti rugi!"
"Yaaaa. Sekarang persilahkan kami masuk!"
~~~
"Ada perlu apa kalian kemari?" tanya Zell.
"Buatkan kami berdua sepasang cincin dari perak. Kau mahir membuat benda-benda seperti itu kan?" kata Seifer tanpa basa-basi.
"Tentu saja! Kalian datang ke orang yang tepat! Tinggal tentukan desainnya saja." jawab Zell semangat.
"Cincin untuk apa?" tanyaku.
"Tentu saja untuk pernikahan kita berdua, Ellone." jawab Seifer dengan senyum khasnya.
"Pe...pernikahan? Memangnya kau pernah melamarku?" Aku masih bingung dengan pernyataan Seifer yang mengejutkan.
"Belum, tapi akan kulakukan." ucapnya mantap sambil menatapku. Aku balas tatapannya dengan senyuman.
"SEIFEEEEER, DESAINNYAAAAA!" Teriakan Zell membuatku kaget dan langsung terdiam.
"Hoi, jangan ganggu kami!" Omel Seifer.
"Kau kesini mau numpang pacaran atau mau minta dibuatkan cincin sih?!" Zell menutup kotak peralatannya dengan kencang.
"Maafkan kami, Zell." Ucapku. Lalu kulihat Zell membuka kembali kotak peralatannya.
"Desainnya sudah kubuat sejak lama." Seifer mengeluarkan secarik kertas dari kantung celananya lalu menyodorkannya pada Zell.
"Ini...buatanmu?" Zell terlihat agak kaget. Aku yang berada di depan Zell, mengintip kertas desain itu dari arahku, tapi tak kelihatan karena kertasnya cukup tebal.
"Ya." jawabnya singkat.
"Kau ternyata punya bakat dalam mendesain cincin juga ya... bagaimana kalau kita bekerja sama? Nanti kita akan buat toko perhiasan yang besar, dan..."
"Aku tak tertarik. Kapan cincin itu selesai dibuat?" potong Seifer.
"Mungkin satu minggu. Sangat rumit membuat cincin dengan ukiran yang sangat detail seperti ini. Biasanya aku hanya butuh dua hari untuk membuat cincin, tapi untuk yang satu ini...butuh waktu lama."
"Oke. Pembayaran ditunda sampai aku dapat gaji dari Garden ya?"
"Masalah pembayaran, kau bisa membayarnya kapanpun. Kalau cincinnya sudah jadi, mau kuantar ke dorm mu atau mau kau ambil sendiri disini?"
"Aku yang akan mengambilnya. Satu minggu lagi."
"Baiklah! Aku akan mulai mengerjakannya! Terima kasih atas ordernya, Seifer, silahkan datang lagi!"
"Kau mengusir kami?" Seifer menarik kerah baju Zell.
"Ti...tidak! Lisanku sudah terbiasa mengatakan itu, mungkin karena aku kerja sambilan juga di toko mie Ramen dekat rumahku." Jelas Zell.
"Huh! Yasudahlah, kami pergi, Chicken Wuzz!" Ledek Seifer sambil melangkah menuruni tangga kamar Zell.
"Kami pulang dulu ya, Zell. Sampai Jumpa." Aku  melambaikan tangan pada Zell sedang menunduk.
"GRRR, SEIFEEEER!" Teriak Zell dari dalam kamar. Aku meringis mendengar teriakannya.
"Hahahaha!" Seifer tertawa terbahak-bahak, sepertinya merasa puas karena telah berhasil membuat Zell terbakar. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Bibi, kami pamit pulang dulu ya!" Ucapku pada Ma Dincht sambil tersenyum.
"Ya, nak, hati-hati ya!" Kata Ma Dincht.
~~~
Aku dan Seifer meninggalkan rumah Zell. Seifer mengajakku ke restoran Sushi karena dia sudah lapar. Kami keasyikan mengobrol disana sampai tidak sadar kalau sebentar lagi matahari akan terbenam. Sebelum pulang, Seifer mengajakku ke tepi dermaga.
"Waaaaah, indah sekali! Lihat itu, Seif!" Kataku sambil menarik-narik lengan baju Seifer, seperti anak kecil yang mau menunjukkan sesuatu pada orangtuanya.
"Kau suka pemandangannya ya?" Kata Seifer.
"Tentu saja, Seifer. Terima kasih sudah mengajakku kesini."
"Iya. Ehm...Ellone..." Seifer kini menghadap kearahku.
"Ya, Seifer?" Aku menatap wajahnya yang terlihat agak ragu, wajah yang tak pernah ia tunjukkan sebelumnya.
"Aku...apa aku bisa melindungimu? Aku ingin bisa selalu bersamamu. Aku ingin selalu jadi orang pertama yang menghapus air matamu, menghapus segala kesedihanmu lalu menggantikannya dengan segores senyum di wajahmu. Aku ingin jadi orang yang paling bisa kau andalkan, orang yang paling bisa menjaga perasaanmu, orang yang takkan pernah membuatmu menangis karena tingkahku. Tiap kali aku melihat wajah kesalmu melalui sudut mataku, saat itu pula aku sangat membenci diriku sendiri. Kenapa orang yang begitu mencintaimu ini begitu tega membuatmu kesal, marah. Aku terus mencoba untuk jadi orang yang baik, yang pantas jadi pendampingmu, tapi usahaku selalu gagal." Aku terus menatap wajah Seifer. Matanya berkaca-kaca. Bola matanya mengarah ke laut yang ada disampingku, seakan takut melihat ekspresi wajahku saat itu.
"Aku bahagia bersamamu. Aku tak peduli, sekalipun kau selalu bertingkah semaumu. Aku salut dengan usahamu. Aku yakin, tak ada yang sia-sia asal mau terus berusaha. Maaf ya, aku selalu kesal padamu, tak pernah bisa melihat sisi baikmu."
"Tak apa, Ellone. Aku bahagia, kau masih ada di sisiku sampai saat ini. Berjanjilah kau akan selalu ada disisiku sampai kapanpun." Ucap Seifer lirih.
"Ya, Seifer, aku janji." Ia memelukku perlahan. Aku balas memeluknya, air mata bahagia mengalir deras dari mataku. Tapi kebahagiaan rasanya akan segera sirna. Seseorang menarik tanganku, berusaha merebutku dari pelukan Seifer.
Note: Jangan cari Chapter 1 nya ya. Chapter 1 nya hilang. Hanya ada dari chapter 2 sampai chapter akhir. Saya post disini supaya ingat aja kalau dulu pernah bikin cerbung :D

Introducing - Eternal Love

Ah, gak kerasa udah empat bulan gak update blog. Kali ini mau coba update dengan sesuatu yang gak biasa.

Pagi ini saya ngubek-ngubek file di komputer, berharap ada game bagus yang (mungkin) nyelip. Pas lagi asal-asalan mencet, terbukalah folder browsingan tentang Hina Matsuri (Festival Boneka) di Jepang.

Saya kaget lihat ada beberapa file rich-text format di sana. Saat saya buka salah satunya....JENG JENG...muncullah cerbung (cerita berkabung...eeh...bersambung) yang pernah saya buat kurang lebih tiga tahun yang lalu.

Bingung juga, rasa-rasanya dulu sudah dihapus, kok masih ada. Akhirnya kubaca semua sampai habis. Ah, this bring back so much memories... eh, nggak deng...biasa aja. Sebagian besar memori tentangnya sudah tergantikan oleh pak Suami.

Jadi cerbung ini sebenarnya saya buat pada masa jahiliyah dulu sebelum ketemu sama pak Suami. Zaman masih naksir-naksiran sama teman FB. Zaman nyari jodoh di FB #eh

The boy confessed to me that time, at the twenty ninth of February. Entah kenapa mesti di tanggal yang hanya muncul empat tahun sekali, yang dengan kata lain, sangat sulit untuk melupakannya. Awalnya karena kami menyukai game yang sama, lalu seiring berjalannya waktu, dia malah naksir karo aku. Well, me too, after he confessed.

Alhamdulillah sekarang sudah bisa lupa tentangnya. Tentang masa lalu. Tentang masa dimana saya masih cenderung ikut hawa nafsu. Saya bersyukur, Allah masih berkenan agar saya menjadi pribadi yang lebih baik. Allah datangkan seorang lelaki baik yang sekarang jadi suami saya. Proses menuju pelaminan sejak pertama bertemu pun hanya berjarak dua bulan. Tanpa pacaran, tanpa galau-galauan, kami menikah.

Seifer, I hope you will find the best one, too. Ganbatte ne!

Sekarang kenalan dulu dengan karakter-karakter dalam cerbung ini ya!

Disclaimer: Cerbung ini adalah fanfic (fanfiction) dari game Final Fantasy VIII buatan Squaresoft (kini telah bergabung dengan Enix menjadi Square Enix). Semua karakter (kecuali Duke) dalam fanfic ini adalah milik Square.

Karakter-karakter


Seifer Almasy

Luka di wajahnya adalah goresan pedang musuh bebuyutannya, Squall. Lelaki angkuh ini pernah tercuci otaknya oleh sorceress dari masa depan, Ultimecia, sehingga ia menjadi salah satu dalang kekacauan di dunia. Dia tersadar setelah Squall dan kawan-kawannya berhasil mengalahkan Ultimecia.

Ellone Loire

Wanita ini memiliki kekuatan mengendalikan waktu. Sangat ingin mengubah masa lalunya yang kelam namun kekuatannya hanya bisa memutar ulang kejadian di masa lalu orang-orang yang dia kenal. Kakak angkat Squall.

Squall Leonhart

Pria ini memiliki luka yang sama dengan Seifer. Masa lalunya yang tidak menyenangkan membuatnya menarik diri dari orang lain. Rinoa lah yang berhasil mengubahnya menjadi pria yang lebih hangat. Anak kandung Laguna dengan Raine.

Zell Dincht

Tato di wajahnya membuat dia terlihat sangar meskipun sebenarnya hatinya baik. Hanya saja dia sangat tempramen. Lelaki yang jago tinju ini ternyata ahli mengukir cincin. Ia pernah membuatkan replika cincin milik Squall untuk Rinoa.

Rinoa Heartilly

Gadis periang ini adalah salah satu anggota pemberontak Galbadia saat Galbadia menjajah kota Timber, sedangkan ayahnya adalah petinggi di Galbadia. Awalnya sangat benci pada Squall yang terlalu cuek. Lama kelamaan ia mengetahui alasan kenapa Squall seperti itu, dan memutuskan untuk membantu Squall untuk menjadi lebih baik.

Laguna Loire

Dia adalah presiden Esthar. Di masa mudanya, lelaki ini suka bertingkah semaunya sendiri, namun ia sangat peduli pada orang yang kesusahan. Kakinya selalu kram ketika berhadapan dengan wanita cantik. Machine gun wielder. Ayah dari Squall. Mantan Galbadian Soldier ini pernah menjadi traveling journalist untuk majalah Timber Maniacs.

Raine Loire

Ibu kandung Squall ini dulunya adalah gadis desa. Ia menemukan Laguna yang terdampar di tepi laut, menolongnya serta merawat luka-lukanya. Kemudian cinta bersemi diantara mereka. Lalu mereka menikah. Namun kehidupan mereka yang sangat sempurna harus kandas di tengah jalan. Laguna pergi mencari Ellone yang disandera oleh antek-antek sorceress Adel saat perang sorceress. Raine melahirkan Squall kemudian meninggal sebelum Laguna sempat pulang.

Duke Deling

[OC] anak dari presiden Deling, Vinzer Deling. Dia adalah pewaris tunggal kekayaan ayahnya. Ibunya meninggal saat ia masih kanak-kanak. Dia sangat gila harta dan kekuasaan. Banyak wanita yang mengelilinginya, namun tak ada yang menarik minatnya. Ia jatuh cinta pada Ellone sejak pertama bertemu dengannya. Cintanya berubah menjadi obsesi saat mengetahui bahwa Ellone akan menikah dengan kekasihnya, Seifer.
COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES