Minggu, 13 Desember 2015

Eternal Love - Chapter 6 (END)

Ellone's POV

Mereka memegangi aku dan Seifer. Kami benar-benar tidak berdaya, mereka terlalu kuat. Seifer juga tidak sanggup melepaskan diri dari orang yang memeganginya. Sepertinya tubuhnya masih lemah akibat kurang nutrisi selama seminggu ini. Tapi kami masih terus meronta-ronta dengan kekuatan seadanya.
"Lepaskan!" kata Seifer dengan nada membentak. Ia makin memberontak.
"Diam kau!" kata orang yang memegangi Seifer. Ia tiba-tiba mengangkat tangannya dan dengan cepat tangan itu memukul belakang kepala Seifer hingga ia pingsan.
"Seifeeeeeeeeer!" teriakku. Orang yang memegangiku menutup mulut dan hidungku dengan sapu tangan hingga aku melemas dan tak sadarkan diri.

~~~

Kubuka mataku, namun gelap. Kucoba berteriak minta tolong, tapi suaraku terpendam. Aku meronta-ronta. Ternyata tangan dan kakiku diikat, mata dan mulutku ditutupi kain.
"Ngggghh...." kudengar suara Seifer. Kucoba memanggilnya, tapi dia tidak menyahut. Sepertinya dia baru setengah sadar.
"Mereka sadar! Cepat bius lagi!" kata seseorang. Aku kembali menghirup bau obat bius itu dan tak sadarkan diri.

~~~

"Selesai juga!" Kudengar suara wanita. Suara itu dekat sekali denganku. Saat kubuka mataku, yang terlihat hanya hitam kelam.
"Kau sudah bangun ya? Jangan lakukan hal yang macam-macam ya, atau pisau ini akan melukaimu!" kata wanita itu lagi.
"Aaaaaah!" Dinginnya pisau terasa di leherku. Aku gemetar ketakutan.
"Jangan sakiti Ellone!" kata Seifer. Sepertinya dia berada tak terlalu jauh dariku.
"Diam!" terdengar suara laki-laki membentak Seifer.
"Kalian berdua sudah bangun rupanya..." suara Duke mengagetkanku.
"Mau apa kau?! Belum puas mengganggu kami?!" kata Seifer.
"Tenanglah... Aku hanya menginginkan Ellone. Biarkan dia menikah denganku, dan hidupmu akan kembali tenang. Hahaha!" Kata-kata Duke membuatku makin gemetar. Aku tak ingin menikah dengannya.
"Bangunlah, Elle, ayo kita keluar!" Duke menarik tanganku. Aku berdiri dengan pasrah. Aku masih gemetar. Lalu dia menggandeng tanganku, menuntunku keluar, karena entah kenapa penutup mataku tak kunjung dibuka.

~~~

Aroma Bunga Lily tercium saat aku sampai diluar. Dia masih menuntunku.
"Pada hari ini, disini akan dilangsungkan pernikahan. Tapi sebelum itu aku ingin bercerita tentang wanita ini. Ellone. Dia adalah seorang gadis yang cantik dan baik hati. Aku jatuh cinta padanya sejak pertama kali kami bertemu di Deling City. Senyumnya yang manis dan perkataannya yang begitu lembut membuatku tak pernah bosan berada disisinya. Dia adalah wanita spesial kedua setelah ibuku. Aku sangat berharap bisa menjalani sisa hidupku bersamanya." Jelasnya panjang lebar pada para tamu. Dia menuntunku lagi.
"Sekarang kami telah tiba di depan pelaminan. Tiba saatnya untuk memulai acara ini." Ia melepas gandengan tangannya, memegang pundakku lalu berbisik padaku.
"Bersiaplah, Ellone." Bisiknya. Ia mengarahkan tubuhku ke arah yang lain. Terdengar suara agak berisik, seperti ada orang yang dipaksa kemari.
"Nggggghh!" orang itu menggeram. Suaranya tidak terdengar terlalu jelas karena tiba-tiba ada alunan piano Eyes On Me.
"Dalam hitungan ketiga, buka penutup mata dan mulutnya! Satu...Dua...Tiga!"
SREK!
Penutup mataku dibuka. Aku tak percaya dengan yang aku lihat. Dihadapanku, ada sesosok pria yang sangat kucintai.
"Seifer...?" Ucapku. Seifer terbelalak. Mulutnya setengah terbuka.
"Apa maksudnya ini?" Tanya Seifer.
"Masa' begitu saja tidak mengerti! Dia mempelaimu!" Kata Duke yang ada di belakangku. Sepertinya dia yang melepaskan penutup mataku.
"HAH?!" Kini mulut Seifer terbuka lebar. Aku tertunduk.
"Ellone... Aku benar-benar ingin bersamamu, tapi saat kulihat betapa kau mencintai Seifer, betapa kau ingin melihatnya hidup bahagia walaupun kau tau hidupmu mungkin takkan pernah bahagia. Aku mulai mengerti arti dari cinta itu sendiri saat aku dengar kata-katamu waktu itu. Aku tersentuh. Akhirnya aku memutuskan untuk memberi kejutan pada kalian. Mungkin terlalu kasar ya, hahaha!" Kata Duke.
"Jadi...?" kataku. Aku menatap Seifer yang saat itu masih terlihat bingung.
"Ini adalah pernikahan kalian, Ellone, Seifer! Dan ini cincin kalian!" Kata Duke. Aku benar-benar kaget mendengarnya. Sebuah kejutan yang begitu menyenangkan walaupun menegangkan di awal.
"Cincin ini kan...?" Aku memperhatikan kedua cincin itu. Aku mengenali cincin itu.
"Itu buatanku, kak! Waktu itu Seifer memintaku untuk membuatkan dua pasang cincin yang sama." Zell muncul dari kerumunan tamu.
"Bagaimana? Bisa dimulai sekarang?" Tanya Duke padaku dan Seifer.
"Tentu saja!" Ucap Seifer senang.

~~~

Pernikahan kami berjalan dengan lancar dan tanpa keributan. Aku sangat lega karena akhirnya mimpiku bisa jadi kenyataan. Seifer juga kelihatan sangat senang. Usai upacara pernikahan, ia memelukku erat sekali.
"Kau cantik sekali dengan gaun ini." kata Seifer.
"Terima kasih. Kau juga sangat tampan dengan tuxedo itu. Lebih tampan dari Tonberry." ucapku sambil tersenyum.
"Kenapa baru sadar sekarang kalau aku lebih tampan daripada Tonberry? Hahaha!" Tawa khasnya yang selalu kurindukan akhirnya muncul. Aku tertawa kecil mendengar ucapannya.
"Siapa yang menggantikan baju kita?" Kata Seifer.
"Anak buahku yang menggantikannya. Wanita ini menggantikan baju Ellone, dan pria yang disana itu menggantikan bajumu. Apa kalian suka?" Kata Duke tiba-tiba.
"Tentu saja, Duke, kami sangat menyukainya."
"Aku berhutang padamu." kata Seifer.
"Bahagiakan Ellone. Itu sudah cukup untuk membayar hutangmu."
"Ya, aku akan membahagiakannya." ucap Seifer. Ia menggenggam tanganku.
"Baiklah, nampaknya sudah waktunya bagiku untuk pergi. Sampai jumpa! Baju itu untuk kalian!" kata Duke sambil melangkah pergi.
"Akhirnya kalian bisa bersatu. Aku sangat senang!" Kata Paman Laguna begitu para tamu pergi.
"Ya, kami sangat bahagia, Paman!" Kata Seifer.
"Selamat ya, kakak. Selamat, Seifer." Squall mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan kami. Senyum tipis  terlihat di wajahnya. Di sebelahnya ada Rinoa yang sedang menggandeng tangan Squall yang satunya lagi.
"Terima kasih, Squall." Ucap kami bersamaan. Kami menjabat tangan Squall. Rinoa mendo'akan kami agar pernikahan kami langgeng.
"Squall... Kapan kita menyusul?" Tanya Rinoa tiba-tiba.
"I...itu...mungkin takkan lama lagi." Squall terlihat gugup. Rona merah nampak di wajahnya.
"Tapi ka..." sebelum Rinoa menyelesaikan kalimatnya, Squall berlutut di hadapan Rinoa, lalu memasangkan cincin di jari Rinoa.
"Maukah kau menikah denganku?" Kata Squall dengan penuh keyakinan. Rinoa yang terkejut hanya bisa terpaku menatap Squall. Kami semua tertawa melihat ekspresi Squall yang perlahan menjadi keruh karena Rinoa tak kunjung menjawab pertanyaannya.

COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES