Kamis, 10 Desember 2015

Eternal Love - chapter 3

"Siapa kau? Lepaskan aku!" rintihku sambil menahan sakit. Cengkraman tangan orang itu sangat kuat hingga aku tak bisa bergerak.
"Lama tak berjumpa ya, Ellone." Seorang pemuda berambut coklat muncul dari belakang orang itu.
"Duke?" gumamku. Dia adalah anak dari Presiden Deling, Vinzer Deling. Dulu kami pernah bertemu di Deling saat aku berkunjung kesana bersama para White SeeD. Dialah orang yang membantuku mencari para White SeeD karena aku terpisah dari mereka. Saat itu, sedang ada festival di Deling, sehingga sangat mudah untuk terpisah dari rombongan. Kini dia ada dihadapanku sekarang.
"Ikutlah bersamaku. Kau akan kujadikan sebagai ratuku, dan kita akan hidup bahagia selamanya."
"Lepaskan Ellone!" teriak Seifer. Ia dipegangi oleh satu orang lainnya, mungkin mereka adalah pesuruh Duke.
"Santailah... Aku takkan lakukan hal buruk. Aku akan membuatnya bahagia." Kata Duke sambil mendekat padaku.
"LEPASKAN!!!" Seifer berhasil melepaskan diri dari orang itu. Ia mengambil sesuatu dari kantung jaketnya lalu segera melingkarkan lengan kirinya pada leher Duke sambil memegang pisau.
"Lepaskan Ellone, atau kubunuh bos kalian!" Kata Seifer pada orang yang memegangiku.
"Seifer, jangan!" teriakku sambil memberontak. Namun aku tidak cukup kuat untuk melepaskan diriku dari cengkraman orang itu.
"Mereka takkan terpengaruh. Mereka tau kalau kau hanya menggertak. Menyerah saja, dan biarkan kami membawa Ellone." Kata Duke dengan nada mengejek.
"Kau....!" Seifer hendak menusuk Duke dengan pisaunya, tapi tangannya terhenti tiba-tiba seperti ada sesuatu yang memaksanya untuk berhenti, padahal mudah saja bagi Seifer untuk menusuknya saat itu. Lalu Duke memegangi tangan kiri Seifer.
"Bermain-main dengan benda seperti ini sangat berbahaya. Kau tau, benda ini bisa menolongmu, atau menghancurkanmu!" setelah menyelesaikan kata-katanya, Duke menarik tangan Seifer yang sedang memegang pisau hingga pisau yang ada di tangan Seifer melukai lehernya. Duke jatuh tersungkur dengan darah yang mengucur deras dari lehernya. Tak lama kemudian datanglah ambulance dan polisi.
"Kau harus ikut kami ke kantor polisi!" Salah seorang polisi menarik Seifer ke dalam mobil polisi.
"Jangan bawa dia, pak! Dia tidak bersalah!" kataku yang saat itu telah dilepaskan oleh orang suruhan Duke.
"Nanti saja kau beri keterangan di kantor polisi." Kata supir mobil polisi. Aku dan kedua orang suruhan Duke masuk ke mobil polisi, sedangkan Duke dilarikan ke rumah sakit.

~~~

Kini Seifer berada dibalik jeruji besi karena dituduh melakukan percobaan pembunuhan. Para suruhan Duke memberikan keterangan palsu yang memberatkan Seifer dalam kasus ini. Kami dipertemukan di ruang jenguk.
"Seifer..." panggilku. Ia terlihat sangat kacau. Sepertinya peristiwa yang baru saja terjadi membuatnya frustasi.
"Bukan aku yang melakukannya. Dia yang melukai dirinya sendiri. Kau percaya padaku kan, Ellone?" ucap Seifer.
"Ya, Seifer, aku percaya padamu. Aku tau, kau takkan tega melakukan hal itu." Jawabku.
"Syukurlah. Kepercayaan darimu sudah cukup untuk membuatku kembali bersemangat. Terima kasih, Ellone."
"Tak perlu berterima kasih. Aku bahkan tak bisa membantumu supaya kau dibebaskan."
"Nanti kita pikirkan caranya bersama-sama. Sekarang sebaiknya kau pulang. Kudengar paman Laguna kesini menjemputmu dengan Ragnarok."
"Tapi aku ingin disini menemanimu." Kataku sambil menunjukkan wajah memelas.
"Hei... Ellone... kau kan tau kalau aku tidak sanggup melihat wajah seperti itu. Pulanglah. Aku akan baik-baik saja disini."
"Hmm....baiklah, Seifer. Aku akan pulang. Jagalah dirimu baik-baik ya, Seifer. Besok aku akan mengunjungimu lagi. Aku akan buatkan makanan kesukaanmu. Sampai jumpa, Seifer." Kulambaikan tangan padanya sambil tersenyum. Senyum pilu. Aku tak tau harus berbuat apa agar dia bebas.

~~~

Tiga hari telah berlalu sejak hari itu. Aku mendengar kabar bahwa hari ini Seifer akan disidang. Aku betul-betul panik, tidak tau harus melakukan apa. Akhirnya aku memutuskan untuk datang ke rumah sakit, memohon pada Duke agar mau membebaskan Seifer.
"Ellone! Akhirnya kau datang juga!" Sambut Duke. Nampaknya kondisinya sudah jauh lebih baik. Aku mendekat padanya.
"Duke... Aku kesini karena aku ingin memohon padamu. Tolong, bebaskan Seifer." Ucapku.
"Mana bisa begitu, dia hampir membuatku mati!" kata Duke setengah berteriak.
"Aku tau, kau yang sengaja melukai dirimu sendiri, tapi kenapa kau tega membuat Seifer dipenjara?"
"Orang yang angkuh memang pantas dipenjara. Lagipula, waktu itu aku hanya ingin membawamu pergi. Salahnya sendiri, kenapa dia mengeluarkan benda berbahaya itu."
"Kumohon, Duke, bebaskan Seifer..."
"Aku bisa bebaskan dia, tapi dengan satu syarat." Kata Duke

COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES